top of page

Lump Sum: Contoh, Jenis, serta Kelebihan dan Kekurangan

10 Juli 2024

Bagikan Artikel Ini

Secara singkat, definisi lump sum adalah pembayaran sekaligus. Ini menjadi salah satu dari jenis metode pembayaran yang sering digunakan dalam berbagai transaksi.

Umumnya, transaksi pembayaran lump sum dilakukan dalam proses pengadaan, terutama barang dan konstruksi.

Itulah mengapa mungkin kamu lebih sering mendengar istilah ini dalam dunia konstruksi karena banyak kontraktor yang lebih memilih melakukan pembayaran secara lump sum.

Namun, pembayaran lump sum juga sering dipakai untuk melakukan pembiayaan uang perjalanan dinas dari kantor dan bahkan dalam dunia investasi.


Pengertian Lump Sum



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lump sum memiliki arti uang yang dibayarkan sekaligus untuk semua biaya, seperti transportasi, uang makan, dan sebagainya.

Sementara menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lump sum adalah jumlah uang yang dibayarkan sekaligus, bukan dengan cara diangsur.

Dalam dunia pemerintahan, pembayaran secara lump sum bahkan sudah diatur dalam peraturan presiden dan menteri.

Ada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Isinya menyebutkan bahwa kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa seluruh pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu, serta memiliki nilai pasti dan tetap.

Lalu, ada juga Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 113/PMK.05/2012 Tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.

Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa lump sum berarti jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu—disebut juga dengan pre-calculated amount—yang dibayarkan sekaligus.


Contoh Penerapan Lump Sum



Jenis pembayaran ini sebenarnya sudah tidak asing dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah  beberapa contoh penerapan lump sum yang sering dilakukan banyak orang.


1. Dalam Perjalanan Dinas

Saat karyawan diberikan tugas ke luar kota, pembayaran uang dinas secara lump sum sering dijadikan pilihan untuk mengganti biaya perjalanan, akomodasi, dan makan selama waktu tertentu.

Berbeda dengan reimbursement, yang mengharuskan karyawan menghitung dan melaporkan semua pengeluarannya selama dinas agar bisa diganti oleh kantor, lump sum tidak.

Setelah mendapatkan uang dinas secara lump sum, karyawan bisa menggunakan uang tersebut sesuai kebutuhan, tanpa harus melaporkan setiap pengeluaran secara terperinci.


2. Bidang Konstruksi

Pembayaran lump sum di bidang ini adalah saat pemberi proyek membayar semua biaya proyek kepada kontraktor di awal sekaligus.

Cara ini memungkinkan kontraktor bisa lebih efisien dalam mengelola keuangan proyek. Selain itu, kelancaran proyek lebih terjamin karena tidak perlu khawatir tentang sumber dana selama pelaksanaan.


3. Dalam Pengadaan Barang dan Jasa

Hampir sama dengan di bidang konstruksi, dalam pengadaan barang dan jasa pembayaran lump sum dilakukan oleh pemesan barang atau jasa kepada pemasok barang atau pemberi jasa.

Cara ini memungkinkan pemasok barang atau pemberi jasa untuk mengelola keuangannya secara lebih efisien dan memastikan pengiriman barang atau pemberian jasa sesuai dengan persyaratan kontrak.


Jenis Kontrak Lump Sum



Berikut adalah beberapa jenis kontrak lump sum yang umum dilakukan banyak orang.


1. Lump Sum Fixed Price

Jenis kontrak lump sum yang paling umum ini dilakukan pada awal proyek atau ketika kontrak ditandatangani. Karena kontrak sudah menuliskan harga tetap untuk seluruh pekerjaan, maka risiko biaya tambahan ditanggung oleh penyedia barang atau jasa.


2. Cost Plus Contract

Ini adalah jenis kontrak saat biaya sebenarnya ditambah dengan biaya overhead dan laba yang diinginkan oleh penyedia barang atau jasa. Jadi, pembayaran lump sum berdasarkan biaya yang dikeluarkan ditambah biaya tambahan yang telah disetujui sebelumnya.


3. Time and Materials Contract

Pembayaran lump sum di kontrak ini berdasarkan jumlah waktu dan bahan yang digunakan dalam proyek. Jadi, penyedia barang atau jasa mendapatkan pembayaran di awal berdasarkan waktu dan bahan yang digunakan, ditambah biaya tambahan yang telah disetujui.


4. Unit Pricing Contract

Dalam kontrak lump sum ini, harga untuk setiap unit pekerjaan sudah ditentukan sejak awal sehingga pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah pekerjaan yang berhasil diselesaikan.


Kelebihan Lump Sum



Ada beberapa kelebihan yang akan dirasakan pemberi dan penerima saat melakukan pembayaran secara lump sum. Berikut beberapa di antaranya.


1. Risiko Kendala Finansial Berkurang

Dengan membayar seluruh biaya di awal, pemberi proyek dapat mengurangi risiko terjadinya kendala finansial di tengah-tengah. Jadi, biaya tambahan yang mungkin akan timbul tidak perlu dipikirkan lagi.


2. Merasa Lebih Tenang

Bagi karyawan, pembayaran lump sum adalah pembayaran yang membuat tenang.

Mengapa? Karena ketika mendapatkan bayaran dari pekerjaan yang dilakukannya, karyawan jadi tidak perlu merasa cemas pemberi kerja terlambat atau bahkan tidak membayar barang atau jasanya.


3. Terhindar dari Bunga

Pembayaran sekali bayar atau lump sum membuat pemberi proyek dapat menghindari bunga atau yang mungkin ada dalam pembayaran angsuran. Dengan begitu, pengeluaran dana dalam jangka panjang menjadi lebih hemat.


4. Lebih Praktis

Keuntungan lain dari pembayaran lump sum adalah lebih praktis karena tidak adanya komitmen lanjutan untuk kedua belah pihak. Pihak pembayar cukup memproses pencairan sekali saja dan pihak penerima tidak perlu memikirkan proses pencairan di kemudian hari.


5. Pelaksana Proyek Menjadi Kontrol Keuangan

Dengan lump sum, kendali keuangan seluruhnya berada di pelaksana proyek. Pemilik dana hanya memiliki hak terhadap proyek yang sudah disetujui, tetapi tidak dengan pengelolaan keuangannya.


Kekurangan Lump Sum



Selain memiliki kelebihan, lump sum tentu saja ada kekurangannya, seperti berikut ini.


1. Mengeluarkan Uang dalam Jumlah Besar

Meskipun lebih tenang karena tak perlu lagi mengeluarkan uang selama proyek berjalan, tetapi mengeluarkan uang dalam jumlah besar di awal juga bisa dirasa memberatkan.


2. Rawan Pemborosan

Bagi penerima proyek, mendapatkan dana dalam jumlah besar di awal juga rawan dengan pemborosan.

Jumlah yang besar bisa menyebabkan pengeluaran yang tidak perlu dan mengakibatkan pemborosan. Jika tidak bisa melakukan budgeting dengan baik, uang bisa habis dengan sia-sia.


3. Berisiko Penyelewengan atau Mark Up Dana

Mendapatkan uang dalam jumlah besar di awal juga bisa berisiko diselewengkan. Misalnya saja, uang jadi ingin digunakan seminimal mungkin sehingga yang seharusnya untuk pengadaan A, jadi dihapuskan.

Kekurangan lainnya adalah terjadinya mark up dana. Ini biasanya dilakukan sebelum pelaksana proyek menetapkan nilai lump sum yang harus dibayarkan. Karena takut rugi, biaya yang diperlukan jadi dilebih-lebihkan.


Dari penjelasan di atas, bisa dibilang lump sum adalah jenis pembayaran yang menguntungkan, tetapi bisa juga jadi merugikan. Tergantung dari cara kamu menyiapkan dana atau mengelolanya.

Jika kamu mengalami kesulitan saat mengelola keuangan bisnis saat ini, coba aplikasi Labamu. Di sini ada berbagai fitur yang bisa memudahkanmu dalam menjalankan bisnis. Sudah ada lebih dari 70.000 UMKM yang merasakannya, lho.

Yuk, segera download aplikasi Labamu di Google Play atau App Store!


bottom of page