Labamu

Cara Menghitung Diskon dan Jenisnya yang Penting Dipahami Pebisnis

Share the Post:

Cara menghitung diskon adalah keterampilan dasar yang wajib dipahami oleh setiap pebisnis, terutama yang bergerak di bidang penjualan atau pemasaran. Diskon bukan sekadar potongan harga untuk menarik minat pelanggan, tapi juga strategi yang bisa memengaruhi profit, stok barang, hingga loyalitas pelanggan. 

Dengan perhitungan yang tepat, diskon dapat meningkatkan volume penjualan tanpa membuat bisnis merugi. Sebaliknya, salah perhitungan diskon justru bisa menggerus margin keuntungan.

Pernahkah kamu melihat promo “Diskon hingga 70%” dan langsung tertarik membeli? Nah, di balik angka tersebut, ada strategi dan rumus yang terencana dengan matang. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang jenis diskon yang umum digunakan pada bisnis, serta bagaimana cara menghitung diskon dengan benar. Yuk, simak!

Jenis-Jenis Diskon

Ternyata, ada banyak jenis diskon yang umum digunakan di pasaran. Setiap jenis diskon punya implementasi yang berbeda dalam bisnis. Berikut di antaranya: 

1. Diskon Persentase

Diskon persentase adalah jenis yang paling sering digunakan dan paling mudah dipahami oleh pelanggan. Diskon persentase berarti pelanggan mendapat potongan harga sesuai persentase tertentu dari harga asli produk. Misalnya, jika produk seharga Rp200.000 mendapat diskon 20%, maka pelanggan hanya perlu membayar Rp160.000.

Jenis diskon ini efektif untuk menarik minat pembeli karena angka persentase terlihat menggoda secara visual, misalnya 30%, 50%, atau bahkan 70%. Pemilik bisnis biasanya menggunakan strategi ini ketika ingin meningkatkan penjualan cepat atau menghabiskan stok lama.

2. Diskon Nominal

Berbeda dari diskon persentase, diskon nominal memberikan potongan dalam bentuk nilai tetap. Contohnya: “Potongan harga Rp50.000 untuk pembelian minimal Rp300.000.” Meski terlihat sederhana, diskon nominal sering dianggap lebih menarik oleh pelanggan karena mereka tahu persis berapa uang yang dihemat.

Bagi pebisnis, jenis diskon ini memberikan fleksibilitas karena nilai potongannya bisa diatur agar tetap menjaga margin keuntungan. Diskon nominal sering digunakan dalam kampanye bundling atau promo khusus seperti event ulang tahun brand.

3. Diskon Bundling

Diskon ini biasanya diberikan untuk mengurangi stok produk yang kurang laku. Sering kali, pemberiannya digabung dengan produk yang banyak dicari. Bagi pembeli, diskon ini cukup menguntungkan, karena bisa mendapatkan lebih dari satu produk dengan harga yang lebih terjangkau ketimbang membeli satuan. 

4. Diskon Kuantitas

Jenis diskon ini diberikan bagi pelanggan yang membeli dalam jumlah besar. Contohnya: “Beli 10 gratis 1” atau “Diskon 20% untuk pembelian di atas 20 unit.” Diskon kuantitas biasanya digunakan oleh bisnis B2B atau grosir untuk mendorong pembelian dalam volume besar.

5. Diskon Biaya Pengiriman

Terakhir, diskon biaya kirim yang kerap diberikan oleh pemilik bisnis online. Pemberian diskon ini biasanya diikuti dengan nominal pembelanjaan atau lokasi tertentu. Misalnya, gratis ongkos kirim untuk wilayah Jabodetabek, atau potongan biaya kirim untuk area di luar Pulau Jawa.  

Cara Menghitung Diskon

Sayangnya, tidak sedikit pemilik bisnis yang belum memahami bagaimana cara menghitung diskon yang tepat. Alhasil, bukannya memberi keuntungan, diskon justru membuat bisnis mengalami kerugian. Supaya tidak keliru lagi, berikut cara menghitung diskon yang bisa dipahami: 

1. Cara Menghitung Diskon Persentase

Rumus umum untuk menghitung diskon persentase adalah:

Harga Setelah Diskon = Harga Awal – (Harga Awal × Persentase Diskon)

Contoh:

Sebuah produk seharga Rp300.000 mendapat diskon 25%. Maka potongan harganya adalah Rp300.000 × 25% = Rp75.000.

Jadi, harga setelah diskon adalah Rp300.000 – Rp75.000 = Rp225.000.

2. Cara Menghitung Diskon Ganda

Diskon ganda biasanya digunakan saat ada dua potongan harga berurutan, misalnya “Diskon 30% + 10%.” Banyak pelanggan salah mengira bahwa total diskon menjadi 40%, padahal perhitungannya berbeda.

Rumusnya adalah:

Harga Setelah Diskon = Harga Awal × (1 – Diskon Pertama) × (1 – Diskon Kedua)

Contoh:

Harga awal Rp500.000, diskon pertama 30%, dan diskon kedua 10%.. Harga setelah diskon pertama = Rp500.000 × (1 – 30%) = Rp350.000. Lalu diskon kedua 10% dari Rp350.000 = Rp315.000.

Jadi, total diskon bukan 40%, tetapi sekitar 37%.

3. Cara Menghitung Diskon Nominal

Diskon nominal jauh lebih sederhana karena tinggal mengurangi harga awal dengan nilai diskon.

Harga Setelah Diskon = Harga Awal – Nilai Diskon

Contoh:

Harga produk Rp250.000 dan diskon nominal Rp50.000. Maka harga akhirnya menjadi Rp250.000 – Rp50.000 = Rp200.000.

4. Cara Menghitung Diskon Berdasarkan Kuantitas

Untuk diskon jenis ini, biasanya rumusnya tergantung jumlah pembelian.

Contoh:

Harga satu produk Rp100.000, diskon 10% untuk pembelian minimal 10 unit. Maka harga satuan setelah diskon = Rp100.000 – (Rp100.000 × 10%) = Rp90.000. Jika pelanggan membeli 10 unit, maka total harga menjadi Rp900.000.

Potongan harga atau diskon adalah alat pemasaran yang kuat apabila digunakan dengan strategi dan perhitungan yang tepat. Dengan memahami cara menghitung diskon dan mengenal berbagai jenisnya, kamu bisa membuat promosi yang efektif, menarik, dan tetap menguntungkan bisnis.

Tidak hanya memahami cara menghitung diskon, kamu pun harus bisa mengelola bisnis dengan lebih optimal. Agar aktivitas operasional tetap lancar, gunakan aplikasi Labamu. Aplikasi kasir digital ini hadir dengan fitur Labamu Appointment yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan pemesanan atau penjadwalan layanan secara online. Dengan begitu, kamu bisa mengatur jadwal pelanggan dan transaksi dengan lebih mudah. 

Melalui fitur Labamu Appointment, bisnis akan terlihat lebih profesional, terorganisir, dan efisien. Yuk, pastikan operasional bisnis tetap terkelola optimal, download aplikasi Labamu sekarang!